comic populer apa yang kamu sukai saat ini?

Senin, 01 Oktober 2012

gedung



BAB I
PENDAHULUAN

1. 1        Latar            Belakang
              Didalam dunia teknik sipil, terdapat berbagai macam konstruksi bangunan seperti gedung, jembatan, drainase, waduk, perkerasan jalan dan sebagainya. Semua konstruksi bangunan tersebut akan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada tahap perencanaan dan pelaksanaan diperlukan suatu disiplin ilmu (teknik sipil) yang mantap supaya menghasilkan suatu konstruksi bangunan yang aman dan ekonomis. Perencanaan konstruksi yang dipilih dalam penulisan Perencanaan Konstruksi Gedung I ini adalah perhitungan kembali, pendimensian pada bangunan gedung.
1.2         Ruang Lingkup Perencanaan
              Perencanaan bangunan edung I merupakan bagian dari kurikulum Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Teuku Umar, dimana dalam tugas perencanaan ini mencakup tiga sub perencanaan, diantaranya : Struktur Kayu, Struktur Baja dan Stuktur Beton. Pada perencanaan suatu konstruksi bangunan harus dilakukan analisa struktur yang harus diperhatikan perilaku struktur dan ketelitiannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu konstruksi bangunan yang aman dan ekonomis sesuai dengan yang diharapakan.
              Pada perencanaan kuda-kuda kayu, akan dihitung pembebanan padakonstruksi kayu, perhitungan panjang bentang, perencanaan gording, pendimensian batang, perhitungan sambungan serta kubikasinya.
              Untuk perhitungan kombinasi gaya - gaya batang akibat pembebanan pada masing – masing titik buhul dan beban gabungan serta perhitungan sambungan dapat dilihat secara rinci pada lampiran perencanaan Konstruksi Kuda – kuda Kayu.
1.3         Tujuan
              Tujuan perhitungan dari konstruksi gedung ini adalah untuk menerapkan ilmu – ilmu yang telah dipelajari agar dapat dipergunakan dilapangan, sehingga memberikan wawasan yang lebih luas bagi para mahasiswa.
1.4         Peraturan yang Digunakan
              Perhitungan muatan berpeddoman pada Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI – 1967) dan Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI – 1987). Ukuran kayu yang digunakan berdasarkan gaya – gaya yang bekerja pada tiap batang, dimana besarnya gaya – gaya batang tersebut dapat dihitung dengan Cremona.
1.5         Penempatan Beban
1.5.1      Beban Mati
              Beban mati dapat dibagi 2 bagian yaitu :
1.        Muatan yang diakibatkan oleh beban sendiri. Yaitu atap, gording dan kuda – kuda, muatan ini dianggap bekerja pada titik buhul bagian atas.
2.        Muatan yang diakibatkan oleh berat plafond, dianggap bekerja pada titik buhul bagian bawah.
1.5.2      Beban Hidup
              Beban hidup yang diakibatkan oleh pekerja dengan peralatannya atau berat air hujan yang bekerja pada konstruksi kuda – kuda. Berat pekerja minimum sebesar 100 kg dan beserta air hujan adalah kg/m2, dimana adalah kemiringan atap.
1.5.3      Beban Angin
              Angin tekan dan angin hisap yang bekerja dianggap bekerja pada titik buhul bagian atas dan arahnya tegak lurus bidang atap.
Untuk konstruksi gedung tertutup dengan maka :
·         Koefisien angin tekan = dan
·         Koefisien angin hisap = - 0,4
1.6         Ketentuan Mengenai Tegangan Kayu
              Jenis kayu yang digunakan untuk rangka kuda – kuda adalah kayu seumantok dengan berat jenis rata – rata adalah 980 kg/m3, konstruksi terlindung sehingga  = 1 dan pada konstruksi muatan tidak tetap dan muatan tetap ( PPKI – 1961 pasal 6 ). Untuk rangka kuda – kuda digunakan kayu kelas 1, yaitu kayu seumantok dengan berat jenis rata – rata 980 kg/m3, berdasarkan PPKI – 1961 daftar II untuk kelas I ( mutu A), korelasi tegangannya adalah :
·               =   170 x 0,98 =   166,6 kg/cm2
·            =            =   150 x 0,98 = 147 kg/cm2
·               =   40 x 0,98    =   39,2 kg/cm2
·                   =   20 x 0,98    =   19,6 kg/cm2
Berdasarkan PPKI – 1961 Kayu seumantok termasuk kayu kelas I dengan tegangan izin :
·                  =   150 kg/cm2
·               =            =   130 kg/cm2
·               =   40 kg/cm2
·                  =   20 kg/cm2
1.7         Ketentuan Alat Sambung
              Alat sambung yang digunakan adalah baut, untuk perencanaan dimensi alat samb ung digunakan rumus yang tertera pada PPKI – 1961 yang disesuaikan dengan ukuran jenis kayu.

rancangan geoteknik



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban ( hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari luar. Apabila bangunan di dirikan diatas tanah maka tekanannya akan disebarkan kedalam tanah dengan pola penyebaran tertentu atau kira-kira dua kali lebar bangunan. Tanah yang menerima pemampatan (pengurangan volume) karena udara dan air yang ada dalam ruang pori terdesak keluar (consolidation), sehingga bangunan akan mengalami penurunan (settlement). Penurunan yang dimaksud adalah penurunan dimana tekanan pondasi belum melampaui daya dukung “ultimate”. Apabila daya dukung “ultimate” dilampaui, berarti perlawanan terhadap geseran tanah tidak mampu lagi menahan tekanan pondasi,sehingga dapat terjadi penurunan yang mendadak dengan disertai kerusakan tanah.
1.2         Maksud dan Tujuan
              Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan / settlement. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial(sebagian pondasi saja yang turun / miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya.
              Oleh karena itu, elemen-elemen dalam membangun sebuah pondasi harus sangat diperhatikan dan diproporsikan dengan baik tehadap bidang, antara pondasi dengan tanah pada tingkat ketegangan yang aman maupun batas penurunan sampai jumlah yang dapat diterima. Akan tetapi, beberapa masalah adalah hasil langsung dari perancangan yang buruk karena kecerobohan atau kurangnya kemampuan perekayasaan.
     Dalam perencanaan ini gedung yang menjadi tinjauan adalah Gedung Kantor KESBANGPOL DAN LINMAS KABUPATEN ACEH BARAT Konstruksi bagian bangunan bawah tanah (substructure) yang direncanakan adalah pondasi tapak yang berbentuk bujur sangkar. Data yang dipergunakan dalam desain pondasi ini adalah data bor.
1.3         Ruang Lingkup Tugas yang Dikerjakan
              Dalam tugas perencanaan ini, perhitungan yang dilakukan terdiri dari beberapa perhitungan yaitu pembebanan konstruksi lantai satu dan dua, pembebanan konstruksi atap, perhitungan perencanaan pondasi, dan perhitungan penurunan (settlement).
1.4         Gambaran Umum Perencanaan Geoteknik
              Bangunan yang didirikan pada tanah akan mengalami penurunan (settlement) atau retakan jika lapisan tanah mengalami pembebanan. Bangunan yang didirikan pada tanah tersebut biasanya akan mengalami penurunan atau retakan yang berbeda. Hanya sedikit bangunan-bangunan yang ambruk karena penurunan berlebihan akan tetapi tidaklah jarang bahwa terjadi rontok sebagian atau kerusakan yang terlokasikan pada suatu bagian struktural. Kejadian-kejadian yang lebih umum ialah retak-retak yang buruk pada dinding dan lantai, lantai tidak rata (melendut atau miring), pintu dan jendela yang macet, dan sejenisnya. Untuk itulah perlunya mempelajari perencanaan ini agar mahasiswa seperti saya dapat mengetahui besarnya pembebanan yang ditanggung oleh suatu bangunan.